untaian kata kepada dunia

Sunday, November 5, 2017

The New Beginning of My life: Welcoming Marriage

Hello world!
It's me
Lama banget gak update blog yang bermula dari kegalauan should I share anything that happened in my life? (I'll make a post for it) hihihi

Sooo
postingan terakhir adalah menjawab tantangan nikah yang diposting tahun 2014 dan 3 tahun kemudian di 2017 saya menikah :)))

Jadi yah bener banget kata plato you'll get married to someone who you're affraid to lose chance to get him/her. Kalo jomblowan/wati udah ketemu sama orang yang kayak gini...nikahin!!!

Jadiii cerita saya sama suamik harus dimulai dari tahun 2009 - di tahun pertama kita ketemu.
Funny how I still can recall it cristal clear the first time we met, since I have limited memory :))).
Pertama kali ketemu dan kenal suamik di kelas Prancis di LIP (Lembaga Indonesia Prancis) Jogja. Inget banget kelas kita di lantai 2, setelah kelar kelas kita turun rame-rame dan ngobrol bareng temen-temen lainnya, dia cerita kalo baru pulang dari mesir abis belajar arabic studies di sana, amazed banget karena pastinya bahasa arabnya lancar (yah secara anaknya kagum banget sama orang polyglot) daan dari pertemuan pertama itu kami jadi temen deket. Tapi kami gak pernah pacaran. beneran sahabatan dan baru diajakin serius tanpa proses pacaran agustus 2016 dan nikah april 2017 :).

Gak tau juga gimana bisa akrab sama ini anak, tapi dasar anaknya talkative banget, rame dan ramah dan gampang nyambung sama orang sedangkan saya orangnya pemalu (bener lho ini bener pemirsa, suka gugup kalo kenalan sama orang, apalagi kalo ngomong di depan umum). Bahkan dia ini salah satu tujuan surat cinta saya di project 30 hari menulis surat cinta. Someone that I will always run to  whatever happens in my life :")

Dari dulu selalu mikir pingin bareng terus sama dia. Pernah bilang juga ke temen, pokoknya aku pingin suamiku nanti bisa akrab sama dia, dan aku juga akrab sama istrinya jadi kami bisa sahabatan terus. Dan temenku bilang "yaelah ribet amat sih ci, nikah sama dia aja napa" wkwkwk
dan jadi mikir iya juga yaa, tapi gak kebayang tuh. Lagian mikirnya kayaknya aku bukan tipenya suamik gitu, macam ukhti shalihah yang udah hafal quran, sedangkan aku kan jauuuuh T.T.

Trus apakah suamik tipeku banget? well, sejujurnya gak punya tipe gitu, tapi dari dulu doanya selalu sama "ya Allaah jodohkanlah aku dengan seorang pria muslim yang sholeh, bertanggung jawab, supel, ramah, humoris yang dapat diterima oleh keluarga dan sahabat2ku dan mampu membawaku menjauhi keburukan dan membawaku ke jalanMu"
1. Pria muslim yang sholeh
Pria ya jelas yaa..saya mash suka cowok, muslim yang sholeh yang paham dan menjalankan agama karena gak semua muslim ngejalanin agama kan?

Alhamdulillaah suamik pernah belajar di mesir, pernah di mekkah dan madinah. Belajar agama juga mendalami sunnah. Bahasa arabnya fasih, bacaan quran-nya merdu menggetarkan sukma, alhamdulillaah bisa ngajak aku ngapal surat Ar-Rahmaan yang dia hadiahkan ke aku melalui ayahku sebelum proses ijab qabul. Alhamdulillaah.

2. Bertanggung jawab
Artinya sadar dan tahu perannya. Jika seorang pria tahu dan sadar akan perannya maka akan aman, tenang dan tentram bersamanya. Misal: punya pekerjaan untuk menafkahi keluarga, tahu dan sadar akan batasannya. Nah kebanyakan cowok itu kalo udah pacaran menganggap bahwa dia bisa mengendalikan hidup perempuan. Kudu minta ijin, ngelarang ini dan itu padahal dia gak punya hak dan kewajiban apa-apa terhadap kita dan sebaliknya. Kalo gue selama ortu gue ijinin ya gue bakal jalan terus, no matter what. Just because you give me love doesn't mean that you have my life. Dan karena pemikiran ini, saya pernah dicap punya pemikiran bebas dan cewek songong :))) lah kalo mau dapet taat gue ke elo ya nikahin gue laaah wkwkwk.

Nah suamik ini super bertanggung jawab menurutku. Karena udah kenal dari dulu dan ngerti banget bahwa setiap yang dia lakukan itu adalah hasil dari usaha terbaiknya. Cuma ada momen yang bikin aku berdecak kagum dan bener-bener ngerasa i'm with the right person.

Jadi kami nikah tanggal 16 April 2017. Tanggal 1 April ada Coldplay concert di Singapore. Udah diajakin adek buat beli tiket dari akhir tahun 2016. Trus nanyalah ke dia, mas tanggal 1 April Coldplay konser lho di Singapore, pingin nonton tapi itu 2 minggu sebelum kita nikah, boleh gak?
Dan dia jawab "yang, tanggal 1 itu aku belum jadi suamimu, jadi kamu minta ijin sama mama papa yaa, kalo mereka ngijinin ya aku ngikut mereka". And I was like oh my Goooood. Thank God for sending me this kind of guy :")

3. Supel, ramah, humoris
Menurutku ini penting karena aku anaknya pemalu dan canggung jadi aku butuh pasangan yang bisa mengimbangiku ketika aku canggung dan malu wkwkwk
Dan alhamdulillaah banget suamik anaknya supel banget, ramah dan humoris yang jail dan senengnya godain guaaaa wkwkwk

4. Diterima keluarga dan sahabat
Ini penting karena bisa dibilang aku seneng kumpul keluarga, dan sahabat2ku ya berarti keluargaku. Keluarga juga akar buatku. Jadi alhamdulillaah banget suamiku bisa akrab banget sama keluarga dan sahabat2ku bahkan keluarga dan sahabat2ku yang dari dulu selalu nanyain kenapa sih gak sama Ichsan aja? ahahahha

5. Membawa kepada kebaikan
Dengan segala hal yang disebutkan di atas tentu ujung muaranya adalah menjauhi keburukan, membawa kepada kebaikan dan selalu berada di jalanNya. Aamiiin.

Jadi menurutku memilih pasangan hidup adalah keputusan yang sangat penting. Mengapa? Karena dia lah yang akan membawa kita kepada kebaikan atau keburukan. Yang membentuk masa depan kita di sisa umur hidup kita. Perlu dipikir matang-matang dan bukan hanya euforia sesaat namun juga kesiapan mental jika segala hal gak terjadi sesuai dengan yang kita inginkan.

Menurutku ada beberapa hal penting yang perlu kita tau dari pasangan kita:
1. Perspektif
Ini penting karena ini akan sangat berpengaruh dalam kehidupan. Bagaimana cara dia memandang kehidupan, membentuk visi dan misi dalam hidupnya. Nah gimana kalo mau tau perspektifnya seseorang? Tanyakan aja tentang gimana dia memandang dirinya di masa depan, dia punya gambaran jelas gak? Bahas tentang impian masing2, yang paling ditakutin, yang paling diinginkan. Gimana cara dia menghadapi kegagalan/trauma atau memandang kegagalan/trauma itu?

menurutku gak ada perpektif yang salah, cuma kalo kita dan pasangan berada di perspektif yang berbeda maka akan sulit nantinya. Alih-alih melipatgandakan potensi yang kita berdua punya yang akan mendatangkan kebaikan, yang ada malah mendatangkan keburukan karena cara pandang yang berbeda.

Misal aku anaknya aktif dan gak bisa diem gitu kalo liat sesuatu yang salah, rasanya gatel kalo cuma bisa ngeluh dan gak kasih solusi, i want to solve it and give some contribution. Jadi ketika pasangan bilang "kenapa harus kamu? emang gak ada yang lain? emang kalo kamu gak ada, kegiatannya gak akan jalan?" that makes me feel so bad, rasanya aku gak ada artinya karena menurutku hidupku bukan cuma untuk seseorang dan gak peduli sekitar namun mengabdi kepada keluarga dan berkontribusi ke sekitar.

2. Visi dan misi
Ini pun penting untuk tahu arah keluarga mau dimana kemana. Namun lagi-lagi balik ke perspektif lagi. Ada orang yang gak terlalu memusingkan peta hidupnya jadi yaa jalanin aja. Gak salah  juga toh itu hidupnya. Tapi buat aku itu masalah, aku perlu pasangan yang punya visi dan misi yang jelas mau dibawa kemana saya dan keluarga kami nantinya.

Pertama kali ngajak serius, suamik udah langsung to the point. Alih-alih bilang I love you, mau gak jadi istriku? Dia bilang uci gue udah observe lo 7 tahun, gue udah liat kebaikan lo, gak usah lah gue sebutin, gue pingin serius sama lo. Gue ngerasa cocok sama lo. Gak usah shock, gue bukan mau ngajak lo nikah besok. Tetep ada steps-nya. Pertama walaupun kita udah kenal lama tapi tetep aja banyak yang gak kita tau tentang satu sama lain, gue pingin disclosure agreement di mana kita bisa sharing segala kekurangan/keburukan kita - bukan untuk meninggalkan tapi untuk merangkul, mengerti dan saling menguatkan. Gue jamin lo bisa bilang apa aja the worst dari diri lo, bukan untuk bikin gue ninggalin lo tapi gue akan terima dan itu bantu gue untuk mengerti lo. Demikian juga gue akan cerita the worst dari gue, kalo lo gak terima itu adalah hak lo tapi tetep segala hal yang kita bagi akan tetap jadi milik kita. once we're done with our worsts then we can go to the next step. What is it? yaa nikah.

Rasanya pas denger itu berasa mimpi jadi nyata gitu. Selama ini emang pingin dan ngebayangin ada cowok yang percaya dengan dirinya sendiri, percaya dengan perasaannya ke aku dan tau mau bawa aku kemana. Emang bener yaa "God wouldn't put a desire in your heart that wouldn't come true".

Waktu dia nanya what's the worst of you?
I said "I used to be a dude"
He said "mati aja lau"

HAHAHAHAHA

Apalagi yhaa
kayaknya itu deh

Intinya adalah sebelum memutuskan bersama dengan orang lain, pastikan kita sudah selesai dengan diri kita sendiri, dalam arti kita tau diri kita, tau kita maunya apa, tau hidup kita mau dibawa kemana. Maka dengan sendirinya kita akan tau pasangan seperti apa yang kita mau dalam mendampingi hidup kita.

Satu hal lagi.
Menikah (dan punya anak) itu bukan tujuan.
Walaupun banyak orang-orang resek di luar sana yang nanyain kapan kawin, percaya lah jangan pernah goyahkan iman dan jadi sembarangan pilih pasangan hanya demi bisa kasih jawaban ke orang-orang resek itu. Orang-orang yang cuma pingin tahu alih-alih mengerti kita. Orang - orang yang nyinyir tapi sama sekali gak kasih solusi. Buang ke laut aja dan sama sekali jangan jadikan pertimbangan untuk memutuskan untuk menikah.

Menikah adalah jalan.
Iya jalan. . Jalan untuk beribadah kepada-Nya. Jalan menuju kebaikan bahagia dunia dan akhirat.
Di mana keberkahan dan kasih sayang Tuhan ada di dalamnya.
Saya dan suami percaya bahwa dengan menikah artinya kami melipatgandakan potensi yang kami miliki sehingga kebermanfaatan yang bisa kami berikan dalam hidup kami juga akan semakin berlipat-lipat pula.

Untuk menuju kebaikan maka diperlukan pasangan yang bisa membawa kita ke sana.

Jadi dulu temen pernah bilang "yaelah ci, suram banget kayak kehidupan percintaan lo yang kandas terus"
Trus aku jawab:
eya maap, menurut gue percintaan gue kandas itu bukan kegagalan dan suram tapi justru berkah. Gue udah tau yang gue mau. Gue udah kebayang keluarga macam apa yang pingin gue bangun, kalau ternyata percintaan gue kandas berarti kan emang gak pas, berarti orang itu bukan orang yang tepat yang bisa gue ajak untuk bangun keluarga dan itu artinya gue selangkah lagi mendekat dengan jodoh gue sesungguhnya. Jadi percintaan kandas bukan lah kegagalan tapi sebuah keberuntungan karena gue semakin dekat dengan apa yang gue impikan.

Dan alhamdulillaah afirmasi positif itu kembali ke gue.
Mungkin ada yang bilang bahwa gak selamanya kita perlu bersikap positif, tapi menurut gue dan berdasarkan pengalaman hidup gue hanya dengan berpikir positif gue bisa bertahan. Gue gak tau cara lain yang lebih baik dari berpikir positif tentang hidup gue.

Yang jelas gue yakin dengan janji Allaah "tidak ada balasan kebaikan melainkan kebaikan pula".

Jadiii buat agan dan aganwati yang sedang berjuang menemukan tambatan hati,
keep on fighting...
Kalo ada yang bilang "pemilih sih lo" ya iyalah milih, beli baju aja milih apa lagi pasangan buat seumur hidup.
Keep on searching...
Kalo ada yang bilang "standard lo ketinggian sih" well yaa jangan turunin standard supaya laku. Standard di sini adalah kualitas pasangan yang kita inginkan, bukan hanya sekedar materilnya saja.

Semoga agan dan aganwati yang sedang mencari jodoh segera dipertemukan dan dipersatukan oleh Allaah SWT dan jadi keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rohmah

Aaamiiiin



0 comments:

Post a Comment

My Blog List

Powered by Blogger.

© 2011 L'histoire de Ma Vie, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena